loading...

Aku adalah senja


Aku adalah senja, mengapa ?, aku adalah seorang siswa yang pulang dari sekolah setiap senja. Apa kabar hari ini senja ?, semoga hari ini tetap

Malam ini aku akan pergi ke acara festival seni iren, temannya Zaskia, Zaskia juga yang mengajakku untuk ikut kesana. Jadi, kembali aku bertanya dengan Zaskia tentang acara ini melalui chat di bbm

“PING !!!” kataku di bbm
“ya” balasnya
“nanti malam kamu jadi pergi nggak ?”
“ya jadi, kalau kamu ?”
“jelas, kamu nanti malam sama siapa ?”
“sendiri, kalau kamu ?”
“aku juga sendiri, naik motor”
“gimana kalau kita bareng aja ?” Tanya dia
“boleh, nanti aku jemput kamu jam 8 dirumah kamu, gimana ?” ujarku
“oke, kalau gitu sampai juampai nanti malam”
“oke”

Awan malam ini indah walaupun berwarna kelabu. malam ini, aku akan pergi ke festival seni iren dengan Zaskia, pukul 7 malam aku sudah menyelesaikan semua urusanku dirumah, aku bersiap menuju kerumah Zaskia, setelah membersihkan motorku, aku mandi dan bersiap menuju rumah Zaskia, aku menggunakan celana hitam dan t-shirt lengan panjang berwarna biru navy. “Zaskia… aku udah dateng”, teriakku didepan gerbang rumah Zaskia, “tunggu”, Zaskia membuka pintu rumahnya lalu, berjalan kearahku. “ayo kita pergi” ujar Zaskia, “kamu udah ijin sama papa kamu?” tanyaku, “udah”, Jawabnya, “kamu bilang kalau kamu bareng aku ?”, “iyya aku bilang kok !”jawabnya, “yaudah naik gih!” katanya. Aku menempuh jarak sekitar 5 km dari rumah Zaskia kesekolah Zaskia. Aku bersama awan kelabu malam ini dan angin membisik-ku samar. Dalam perjalanan aku hanya duduk dengan tenang menikmati angin malam, aku tidak berani memulai permbicaraan dengan Zaskia karena takut konsentrasiku hilang, Zaskia juga enggan berbicara denganku, mungkin Zaskia sedang sapuan menikmati angin malam. *entah

Sekolah Iren bersih, tertata rapi dan cukup besar, itu pendapatku ketika pertama kali aku melihat sekolahnya, dan mungkin aku juga sependapat dengan Zaskia tentang sekolah Iren. Iren menyapa kami dengan lambaian tangannya, berjalan kearah kami didepan gerbang sekolah. “halo Zaskia” sapa Iren, “halo juga”, jawab Zaskia, Iren adalah sahabat Zaskia sedari kecil, Zaskia kemudian memperkenalkan aku kepada Iren,

“cie yang bawa pacar” ujar Iren bercanda
“kamu apaan sih” Kata Zaskia
“kenalin dong” Iren menyindir
“itu temen aku”
“halo” kataku sambil mengangkat tangan untuk bersalaman dengan Iren
“halo”
“kalau gitu kita ke aula aja yuk” ajak Iren

Iren menuntun kami berdua menuju aula utama sekolah dengan berjalan kaki, aku berada dibelakang mereka berdua. Iren adalah seorang wanita yang sangat cinta dengan seni utamanya puisi dan teater, Iren menghabiskan waktu luangnya untuk menulis satu atau dua bait kalimat dalam puisinya, ternyata malam ini Iren akan mempersembahkan musikalisai puisi dalam festival seni ini.

Aula utama besar dan cukup sejuk, pendingin ruangan berjumlah 6 buah cukup untuk menyejukkan sekitar 100 orang kepala yang ada didalam. Iren telah menyediakan tempat untuk kami berdua, ternyata Zaskia mengatakan kepada Iren kalau ia akan datang berdua dengan temannya. Iren menyiapkan 2 kursi susun berwarna biru tepat ditengah aula. Setelah kami duduk, iren pamit kebelakang panggung untuk menyiapkan persembahannya.

Acara yang tak kunjung dimulai, mulai membuat aku jenuh. Ketika aku menunduk melihat lantai, Zaskia melihatku dan mengajakku berbincang tentang Iren, “Gimana Iren baik, kan ?” tanyanya, aku menoleh kearah Zaskia, “iyya, baik” jawabku. “kamu naksir ya sama Iren ?” tanyanya bercanda, “Nggak, emangnya kenapa kamu tanyain itu ?” ujarku, belum sempat dia menjawab pembawa acaranya sudah membuka acara. Aku sudah tidak sabar ingin melihat aksi seni apa yang akan ditunjukan oleh para seniman.

Iren mengintip ratusan kepala yang menunggu penampilannya dari balik sepanduk berukuran besar berwarna biru, Ia mengedarkan pandangannya kekiri dan kekanan tanda bahwa ia gugup, bola matanya terkesan sangat jelas bahwa ia gugup.

“kita sambut dengan meriah penampilan musikalisasi puisi dari sahabat sobat syair”, kata pembawa acara dengan semangatnya. Kata itu merupakan panggilan bagi Iren dan teman – temannya untuk menampakkan dirinya. Lampu yang redup, lilin yang menyala, dan serta kaos berwarna hitam, Iren dan kawan – kawannya begitu menghayati puisi yang dilantunkannya. Tepuk tangan dari para penikmatnya menandakan bahwa pertunjukannya telah selesai dan penapilan itu adalah penampilan terakhir untuk festival seni malam ini, pembawa acara menutup acara dan beberapa audience mulai meninggalkan aula yang sejuk itu.

Aku, Zaskia dan beberapa lainnya memilih duduk sejenak sembari membicarakan penampilan tadi. Aku dan Zaskia juga membahasnya,

“gimana penampilannya ?” Tanya Zaskia
“bagus banget aku suka” Jawabku
“kalau menurut aku penampilannya sungguh luar biasa, apalagi waktu sobat
 syair yang tampil keren banget” Ujarnya

Aku memperhatikan Zaskia memaparkan pendapatnya, dan aku baru menyadari kalau Zaskia malam ini itu cantik dang anggun dengan pakaian serba biru dan tanpa make up. Aku masih memandang Zaskia dan Zaskia mengajakku untuk keluar dari aula, sebelum pulang kami pamit kepada sobat syair, grup puisi Iren. “aku sama Zaskia balik dulu, yah !”, ujarku kepada merekan, “oke”.

Aku menggenggam tangan Zaskia menuju keparkiran, motor yang aku pakai terjepit diantara puluhan motor lain yang mengapitnya.

“motor aku ada ditengah” kataku
“kalau gitu kita tunggu aja sampai udah bisa keluar” jawabnya
“kamu mau nunggu ? kalau nunggunya lama ?”
“yah nggak apa – apa kok, lagian ini baru jam 10 ”
“papa kamu nggak nyariin ?”
“kan aku tadi izinnya pergi sama kamu jadi aku balik juga harus banreng kamu
supaya papa aku percaya”
“yaudah deh”

Aku dan Zaskia duduk dikanstin beton pembatas jalan, lampu berwarna kuning keemasan menjadi penerang jalan. Zaskia duduk dengan dua tangan menopang dagunya. “Kayaknya Zaskia lagi bete”, pikirku. Aku berpikir untuk membuatnya tidak bosan menunggu, aku lakukan banyak hal membuat bayangan tangan membentuk hewan, jungkir balik, cerita hal yang lucu tentang pengalaman hidup dan masih banyak lagi. Wajah murung Zaskia sudah mulai hilang dari raut mukanya, sekarang hanya nampak raut muka yang riang gembira.

Motor yang terperangkap diantara banyaknya motor lainnya akhirn dapat keluar setelah 15 menit kita menunggu. Aku kemudian bersiap untuk kembali kerumah, suara motorku berbunyi dan Zaskia telah diduduk diatas motor.

Dalam perjalanan aku hanya memikirkan satu nama Zaskia, peristiwa tadi membuatku mulai memperhatikan Zaskia, walaupun dalam perjalan hanya suara angin dan cahaya kunang – kunang. “makasih ya udah anterin aku” katanya ketika sampai dirumahnya, “makasih juga udah ngajak aku ” balasku.  Zaskia kemudian bergegas pergi masuk kerumahnya, aku kembali menyalakan motor untuk pulang kerumahku.

“Zaskia…. Zaskia….” Itulah yang kupikirkan ketika aku terbaring dikasurku dengan dua tangan merangkul leherku. “ngapain aku mikirin Zaskia” kataku. Ketika ibuku memadamkan lampu kamarku, Aku langsung bersiap, kupejamkan mataku dan tidur.

Hari – hari selanjutnya aku hanya menjalani hari dengan rutinitasku. Hari – hari dimana awan kadang kelabu dan kadang cerah putih, langit kadang berwarna biru dan kadang pucat pasi tanpa warna. Aku juga tetap chat dengan Zaskia seperti biasanya, tak ada yang berbeda. Kami kadang bahas sana – sini, bahas yang nggak penting, yang penting semua bikin kita bahagia. Hingga aku merasa bahwa Zaskia ini benar seorang malaikat yang diutus untuk menhibur laraku, berkat dia semua laraku dimasa yang lalu bersama dengan Nindy berangsur –angsur sudah mulai meninggalkan hati dan pikiranku. Zaskia adalah sahabatku yang mampu membuatku tersenyum lagi.

Satu minggu berlalu, ulangan semester telah aku lalui, begitu pula dengan Zaskia dan Iren mereka semua telah melaksanakan ulangan semester. Lega rasanya sekarang kita benar – benar bebas tanpa beban pelajaran selama kurang lebih 1 bulan.

Deg…. deg.... deg, suara jantung yang memompa darahku berdetak kencang. Hari ini adalah hari penerimaan hasil laporan belajar atau rapor, aku cemas menunggu raporku dibagikan. Tegang, aku tegang, wali kelasku mulai membagikan rapor kami berdasarkan nomor urut absen dan aku bernmor urut 23. Selanjutnya, nomor urut 23, nomor urutku dipanggil, aku mengambil raporku dari tangan kanan guruku. Aku tidak berani membukanya hingga semua rapor dibagikan, Rangking 2 dari 36 siswa, membaca kalimat itu di raporku aku tak mampu menahan luapan kesenanganku, ungkap air mata haru hampir membasahi wajahku.

Kunyalakan hp-ku dan “Zaskia aku udah terima rapor aku !” aku langsung mengabari Zaskia, “trus ?” balasnya, “aku rangking 2” , ujarku, “wah selamat yah ! aku juga udah terima raporku aku, aku rangkin 5 “, jelasnya, “wah selamat yah !”, “oke, kamu juga selamat”.  Rasa senangku meraba sampai kerumahku, raporku aku simpan diatas meja makan dan aku duduk seperti orang yang sedang kecewa. Ayah dan ibuku kemudian datang melihatku, pasti rangkingnya turun, kata ayahku. Ayahku membukan lembaran raporku dan wajahku berubah menjadi senang ketika aku melihat ayah dan ibuku mengetahui bahwa aku rangking 2. “Selamat ya nak, semoga ditingkatkan lagi” kata ayah dan ibuku sambil mengusap usap kepalaku.

Penerimaan rapor itu adalah kehadiran terakhirku disekolah pada semester ini, kata – kata seperti libur dan holiday mulai menghiasi status bbm teman –temanku. Sebagai anak sma libur hanya satu minggu. Tahun ini liburanku hanya dirumah saja. Aku memanfaatkan waktuku sebaik mungkin untuk beristirahat dan bersiap untuk semester baru, meskipun aku menghabiskan banyak waktu luangku bersama teman – temanku.

Senin, aku hanya bersama dengan hp-ku. Aku berinisiatif untuk mengajak teman – temanku lainnya untuk keluar nongkrong bareng di café, tapi nggak jadi karena mereka sibuk, liburan keluar kota, dan malas.

Suara hp-ku berdering, kulihat, pesan dari Zaskia muncul dipemberitahuan, aku tidak tahu, tiba – tiba Zaskia chat aku duluan. “PING !!!”, kupandangi hp-ku lagi dan aku balas, “ya”

“kamu lagi apa ?” katanya
“nggak ngapa –ngapain” balasku
“kamu dimana sekarang ? ”
“aku dirumah, kalau kamu ?”
“aku juga dirumah” kata Zaskia
“nggak liburan” tanyaku
“enggak. Gimana kalau besok kita nongkrong” ajak Zaskia
“boleh, berdua aja ?”
“nanti aku ajak Iren, kamu juga ajak temen – temen kamu”
“oke, see you tomorrow”
“see you”    

Aku mengajak semua temanku untuk ikut dalam acara nongkrong ini, tapi lagi – lagi mereka sepertinya tidak meresponnya, ketika aku tanya Zaskia, Iren juga tidak bisa pergi karena sedang liburan diluar kota. “Jadi gimana ?” tanyaku, “gimana kalau kita berdua aja tapi nggak nongkrong kita olahraga, gimana ?” katanya, “oke. Kita jogging besok pagi jam 6 kita ke pelabuhan”, “oke”. Jadi besok kami tidak jadi nongkrong dicafe tapi kita akan lari pagi ke pelabuhan.

Waktu luangku disisa hari ini aku manfaatkan untuk refreshing kadang juga aku hanya duduk di gazebo itu. Tetapi duduk dan menikmati secangkir teh juga membuatku jenuh. Kejenuhanku akhirnya teratasi ketika aku melihat teman iren, salah satu personil dari sobat syair, melangkah maju didepanku, aku menyapanya, “hei, kamu temannya Iren, kan ?”, “iyya, kok kamu tahu?”, “aku lihat kamu di festval seni malam itu, sini duduk”, Ringgo namanya, aku menyuruhnya duduk dan memintanya bercerita tentang pengalamannya dalam hal puisi, aku juga memintanya untuk membuatkan satu bait puisi tentang awan


Tabir putih pucat pasi

Terkadang aku melihatmu
Terkadang aku melihat awan
Awan putih pucat pasi sore ini
Membuatku terpikat dengan indahmu
Sederhana warnamu
Dilaut engkau menipis
Dicakrawala engkau pekat
Menggumpal bagai salju
Abstrak bagai lukisan
Meleleh membasuh bumi
Kala engkau mengkristal
Pelangi terbentuk
Aku menoleh keatas
Tersadar bahwa aku kagum padamu

Itulah satu puisi singkat yang dikeluarkan oleh Ringgo melalui lantunan mulutnya. Indah kataku, bukankah begitu ?. setelah lama berkisah, Ringgo pamit pergi melangkahkan kakinya kembali. Ringgo adalah seorang anak yang pendiam, semua tulisan puisinya disimpan dalam satu buku yang jarang dupublish kekelayak ramai. Setelah aku Tanya Iren, Ternyata Iren juga tidak banyak tahu tentang Ringgo, seorang pendiam yang menyimpan sejuta rangkai kata.




“Cakrawala menipis, ketika aku merindukan sosok itu lagi”
Previous
Next Post »
loading...