Sengaja aku
tidak memberitahu Zaskia kemana kita akan pergi, sebab aku ingin dia bertanya –
Tanya didalam benaknya. Setelah sampai dia bertanya kepadaku, pelabuhan ?,
untuk apa kita kesini. Yah ! pelabuhan kita kesini untuk mengingat kejadian
hari itu yang telah lalu, hari dimana asmanya kambuh karena-ku.
Aku mengajaknya
ketempat duduk itu, lalu aku duduk didekatnya. Aku membawanya kesini hanya
sekita 30 menit, membuatnya menghirup udara khas itu. Lalu, kami menuju
destinasi selanjutnya, destinasi selanjutnya adalah gazebo didekat rumahku. aku
pernah berjanji kepadanya untuk mengajaknya ke gazebo ini. Diwaktu inilah aku
menepati janjiku kepadanya.
“Gazebo ?
ngapain kita kesini ?” tanyanya bingung
“ini gazebo
yang aku cerita-in sama kamu dulu, kamu ingat, kan ?” ujarku
“iya, kamu dulu
janji mau ngajak aku kesini”
“ini aku
tepatin janji aku”
“hahaha, ayo
kita naik”
“ayo”
Kami naik kegazebo
itu, gazebo yang cukup tinggi itu adalah gazebo yang paling nyaman yang pernah
aku temui, walaupun cuacanya terik tapi angin sepertinya tidak pernah berhenti
berhembus sepoi di gazebo ini. Aku dan dia bercerita dan bermain disini.
Pertama kami
bermain berani atau jujur, dia memang hebat dalam permainan ini, dia akhirnya
hampir tahu semua yang masih tersimpan didalam bibir ini. Kami juga bermain
monopoli tapi yang kalah akan dihukum. Aku lebih hebat darinya ketika bermain
monopoli. Aku yang menang meminta dia untuk bernyanyi lagu daerah Indonesia. Lirik
lagu gelang sipatu gelang keluar dari bibirnya, indah sekali alunannya. Selain
bermain kami juga ngobrol sana – sini
“kia ?” kataku
“iya” jawabnya
“ada yang mau
aku tanyain ke kamu”
“apa”
“kamu cantik banget
hari ini” kataku berbisik didekat telinganya
Dia tidak
menjawab perkataanku, dia hanya tersenyum malu. Pukul 5 sore, waktu untuk
kembali kerumahnya. Tapi sebelum pulang, aku mengajaknya ke café yang pernah
kami datangi untuk mengerjakan tugas pkn-ku. Dia setuju untuk pergi ke café
itu. Di café kami kembali duduk di meja bernomor 24 dan tak lupa ice green tea
menjadi pelipur dahaga kami.
“kamu belum
bisa move on ya sama Nindy ?” tanyanya
“kok kamu tahu
Nindy ?” tanyaku bingung
“kan kamu dulu
pernah cerita”
“ohh, iya yah !
aku dulu pernah cerita waktu kita jogging”
“kalau kamu
punya seseorang yang kamu simpan dihati kamu ?” tanyaku
“maksud kamu
pacar ?”
“yah seperti
itu”
“ohh, aku punya
pacar tapi ” katanya
“tapi apa ?”
tanyaku
“tapi itu dulu”
“jadi sekarang
kamu sendiri ?”
“bisa dibilang
begitu sih, kan kamu juga jomblo”
“iyya kita
samaan” kataku
Ternyata dia
tidak memiliki seseorang yang disimpan dihatinya. Entah mengapa aku bahagia
mendengarnya. Ice green tea telah habis dan bahan untuk dibahas menipis serta
senja telah menghampir. Aku mengajaknya kembali kerumahnya dan mengantarnya
pulang. Jalan yang kususuri kuhiasi dengan senyuman ditengah senja, aku
tersenyum ? entah apa yang mebuatku begiu bahagia disenja ini, apakah aku
berpikir tentang dia yang masih sendiri ? mungkin saja.
Waktu beransur
ansur pulih. Waktu membuatku dapat bangkit dari keterpurukan yang dibuat oleh
Nindy. Zaskia membuat semua ini berlainan. Zaskia membuatku kuat dan dapat
melupakan Nindy. Semua mulai berubah, awan mulai kembali cerah, bumi kembali
cerah, senja tetap menjadi senja yang indah, akhirnya aku mulai terbiasa dengan
semua ini, terbiasa hidup dalam kekecewaan, hidup dengan situasi seperti
ini, tanpa kamu di sosial media dan
kehidupan sehari – hari. Senang rasanya bisa berangsur – angsur kembali pulih
dari rasa itu, rasanya bak bebas
lepas dari semua tekanan. Dengan penuh kebahagiaan dan keikhlasan, aku berharap
semoga Nindy juga dapat hidup bahagia.
Malam yang
indah untuk petualang yang hilang. Malam ini aku tidak chat dengannya. Aku
memilih untuk mebiarkannya istirahat hingga benar – benar pulih. Tidak chat
bukan berarti tidak memikirkannya. Sudah 2 hari ini aku memikirkan dirinya. Aku
masih saja mengelak, aku tidak jatuh cinta kepadanya. Hingga aku memikiran apa
yang terjadi di senja tadi, mengapa aku bahagia mendengar dia yang masih
sendirian. Apakah itu tanda ?, entahlah
Dia yang muncul
dalam mimpiku. Membangunkanku ditengah sunyinya malam. Entahlah apakah Zaskia
menginginkanku untuk memikirkan dirinya. Aku tidak mengerti. Aku harus akui aku
mencintai dirimu, malam yang sunyi ini menjadi saksi kalau aku tidak bisa
membohongi diriku. Dia yang telah menyeretku kepada rasa nyaman. Dia yang
membuatku seperti ini. hingga aku harus akui aku menaruh hatiku kepada
Zaskia.
Sempat aku
berharap kepada seseorang itu, seseorang yang dulu kuberikan mahkota hati ini,
namun dia sendiri yang meretak-kan mahkota yang kuberi. Tenggat waktu, aku
dipertemukan dengan dia, wanita yang memberiku semangat baru. Dalam angan aku
berharap, didalam malam aku bermohon, semoga mahkota yang telah apik ini, tak
kau retak-kan seperti dahulu.
“Asa, Ketika Aku dan kamu menjadi kita”