Bulan ini
adalah bulan pertamaku menjalin hubungan dengan Zaskia, bulan April, tepatnya
pertengahan bulan april. bulan dimulainya musim kemarau. Meskipun kadang kala
awan tak lagi kuasa menahan dirinya hingga hujan turun juga membasahi bumi
dibulan ini. Sama seperti sore ini yang masih saja terbelenggu dalam hujan.
Aku adalah
seorang penikmat hujan, pabila hujan turun membasahi bumi, maka aku akan
menjadi bagian kecil dari hujan itu. Bagian yang memperhatikan hujan dari balik
jendela kamarku.
Aku suka
melihat hujan turun membasahi bumi, terlebih lagi jika pelangi nampak diantara
awan yang kelabu setelah hujan reda. Aku membayangkan diriku, aku adalah
pelangi. Sama seperti pelangi yang tak pernah jenuh melihat hujan, sama seperti
pelangi yang selalu bersabar menunggu hujan reda untuk menampakkan dirinya. Aku
adalah pelangi, Pelangi yang memberi warna ditengah awan yang kelabu dan
menjadikan langit menjadi indah saat huja reda, aku juga pelangi yang memberi
warna khusus dalam dirinya.
Aku bahkan tak
butuh jas hujan. Ketika hujan turun aku ingin meyatu dengannya, Ketika
berangkat sekolah dan aku kehujanan maka aku akan tiba disekolah dengan seragam
yang basah.
Aku bahkan tak
cukup kata – kata untuk menyanjung hujan, Otakku tak cukup akal untuk
menyanjung hujan. Aku hanya mengagumi hujan karena kamu itu indah. Aku,
petualang yang hilang dibawah hujan yang turun membasahi bumi.
Awan yang
kelabu ketika mendung, awan juga yang berubah menjadi tetesan air yang turun.
Selalu ada cerita dibalik tetesan air hujan. Selalu ada rindu dibalik genangan
air akibat air hujan, Selalu ada kenangan ketika aku melihat air hujan dibalik
jendela dan selalu ada akhir yang indah dan berwarna dari sebuah cerita, sama
seperti hujan yang diakhiri dengan sebuah lengkungan indah pelangi yang
berwarna.
Senja dan
Hujan. Senja hari ini tetesan air hujan juga membasahi kaca jendela kamarku,
tempat aku melihat hujan disore ini. Aku memberitahu Zaskia kalau dirumahku
hujan turun membasahi bumi dan bertanya apakah hal yang sama juga terjadi
disitu.
“aku disini. Hujan
turun menemaniku dan membasahi dedaunan. Apakah hal yang sama terjadi disana ?
” celotehku dengan bahasa baku yang kugunakan
“Hujan membawa
kedamaian dan rasa rindu terhadap dirimu, orang yang selalu kusimpan dibenakku”
balasnya dengan berceloteh juga
Celotehnya
membawa hujan seakan lebih deras lagi. Hujan turun membasahi dedaunan dipohon
rindang. Bagi dedaunan yang kering akan gugur dan jatuh ketanah, tapi daun itu
tak akan pernah membenci hujan dan angin yang behembus. Aku, dia dan kita. Kita
adalah antara aku dan dia, hanya itu. Begitupula hujan, hujan antara air dan
kenangan. Aku mengingat semua tentang dirinua seirama dengan lantunan suara
tetesan air hujan yang jatuh dari atap rumah dan pepohonan.
Ketika dia
meminta izin untuk mengakhiri obrolan tentang hujan ini, maka berakhir pula
rangkaian dan untaian untaian kata yang ada dalam obrolan dalam chat itu di
hari ini.
Aku akan
kembali menemuinya dalam obrolan yang sama dengan topik yang berbeda pada esok
hari, aku menantikannya esok. Sampai jumpa hari esok.
Hari baru dari
sebuah kisah yang lama, membuka lembaran baru dengan memulainya sebagai awal.
Awalku pagi ini adalah berangkat kesekolah. Kemarin aku diberitahu bahwa hari
ini guru mata pelajaran tak lagi masuk mengajar karena ada rapat dan juga aku
mendengar bahwa hari ini ada sosialisai dari salah satu sekolah.
Gerimis, air
dan ratapan menyambutku disekolah pagi ini. Hujan yang telah berakhir di
dinihari tadi dan sekarang hanya menyisakan tetes demi tetes air hujan. Aku
tertuduk disini sambil menuliskan pekerjaan rumah yang belum sempat aku
selesaikan.
Berlanjut pada High Rainfall part 2