loading...

Rainfall : Perempuan itu adalah Nindy

          
 SMA dan Kisah Didalamnya
  Sejak kumelihatnya aku berusaha untuk mengenal dirinya lebih dari sekedar rupa kemudian aku mencobanya melalui pertemuan itu, aku memberanikan diriku berdiri disampingnya lalu menyapa dengan raut senyum diwajahku

“Haloo …..” sapaku
“Haloo juga ” sapanya balik ke aku
“Cie…. Cie…. Yang kelasnya baru ” kataku sambil bercanda .
“Hahaha…. Iyya. Kamu juga selamat yah! Kamu dikelas unggulan ini ” itu katanya
“ngomong – ngomong, nama kamu siapa ?” kataku sambil duduk dikursiku.
“Nama aku Sri Anindya Parameswari ” balasnya “Wah Panjang banget yah ” kataku
“Kalau nama kamu ?” tanya-nya
“Nama aku Alvaro Abinaya Pranaja” jawabku
“Wah nama kamu keren banget !” pujinya
“Kamu biasa dipanggil siapa ?” tanyaku
“Aku biasa dipanggil Nindy, Kalau kamu”
tanya Nindy
“Kamu bisa panggil aku apa aja” jawabku asal
“Ihhh. Gimana kalau aku panggilnya Alvaro ?”
“Boleh .. Boleh terserah kamu ajalah aku terima – terima aja ” jawabku
“Kamu anak sulung, yah?” tanyanya lagi
“Iyya bener banget. Kalau kamu pasti anak bungsu” tebakku.
“Wahh kamu bener lagi ” pujinya
“Saudara kamu berapa ? ” tanyaku
“Tiga. Kalau kamu ? ” sambungnya
“Empat . Kamu kalah ! ” kataku seraya mengejek Nindy
“Hahaha” Nindy tertawa

            Asik – asik ngobrol aku tak sadar kalau teman – teman Nindy yang lain mulai memperhatikan kami berdua.  Tiba – tiba dua orang datang kerahku dan ikut dalam pembicaraan

`           “Hallo …. Semua ” katanya sambil ikut duduk didekat Nindy.
“Kamu pasti Alvaro? ”kata teman Nindy
“Yah. Kalau kamu, namanya siapa ?” tanyaku
“Nama aku Alifha Diva Varisha, Dipanggilnya diva” jawab Diva
“Kalau nama aku Debi Fikria Farzana, Dipanggilnya Debi” sambung Debi
 “Wah Kalian juga hebat bisa dikelas unggulan, Selamat yah” pujiku kepada Diva dan Debi
“Kamu juga hebat loh bisa ada dikelas ini. Selamat juga yah ” jawab Debi
“Iyya . kamu hebat !” tambah Diva 
“Kalau gitu aku ke depan dulu yah ” pintaku
“Okedeh ” kata Nindy, Diva dan Debi.
“Oke” kataku sambil bergegas menuju kedepan kelas

Itulah perkenalan singkatku dengan dia, yah Nindy. Sri Anindya Parameswari atau Nindy ini adalah si anak bungsu dari tiga bersaudara ini, dia memiliki genk cewek yang terdiri atas Nindy, Diva dan Debi.

 Dengan perkenalan singkat itu aku sedikit sudah mengenal dirinya dan seiring waktu berjalan aku mendapati Nindy sebagai seorang yang sangat murah senyum, baik namun,dia juga sedikit ganjen dan centil, tapi itu wajar, manusia kan tidak pernah luput dari kekurangan.

Bumi berotasi mengelilingi porosnya, waktu tetap berjalan dan siang dan malam silih berganti. Pembagian kelompok tugas sekolah membuatku sering sekelompok dengan Nindy. Aku akhirnya lebih banyak menghabiskan waktu bersama Nindy dan teman kelompok kita yang lain. Aku ingat ketika kita mengerjakan tugas matematika dirumahnya membuat persamaan linier tiga variabel, Ketika sedang mengerjakan aku melihatnya sibuk sendiri tidak mengerti caranya mengerjakannya. Jadi, Aku coba membantunya.

“Nindy kamu kenapa ? Kok bingung ?” kataku
“Iyya nih aku nggak tahu cara ngerjainnya ” Jawabnya bingung
“Mau aku bantu ?”Pintaku menawarkan bantuan
“emangnya kamu ngerti ?” kata Nindy
“ngertilah sedikit-sedikit” jawabku
“oke kalau gitu. Ini cara ngerjainnya gimana” Tanya Nindy
“Ohh kalau itu cara ngerjainnya gini …… (Menjelaskan cara kerjanya) ” kataku “Ouhh gitu. makasih yah” Ucapnya senang
“Oke” Kataku

Selain menjelaskan kepada Nindy, Aku juga kadang kala melihat wajahnya dan kadang juga aku memperhatikan dirnya, “ternyata Nindy manis juga ” kataku dalam hati.  Pada saat itu aku mengatakan kalau aku sering memperhatikan Nindy sebagai teman itu adalah sebuah kewajaran.

Malam ini, aku terbelangak dan masih tak berpaya aku masih menjadi satu bagian dari kelas unggulan ini.

Aku membuat pola pikiran malam ini, kemudian duduklah aku termenung dipinggir tempat tidurku dan memikirkan mimpi itu. Lalu pikiran dalam otakku tertahan pada sebuah kisah sekolah yang tegang masa ketika aku masih smp dibumbui dengan kisah cinta dan kasih sayang. Sebuah kisah tentang aku dan dia, diabadikan dalam buku yang dirintis otakku. Aku sempat menulis sebuah puisi yang masih kuingat ketika aku dulu jatuh cinta dengan sorang wanita.

Aku orang yang takut membuat ungkapan kepada seorang wanita, kadang lidahku kelu ketika aku berbicara dengan wanita. Jadi aku menulis perasaanku pada puisi yang aku buat sendiri.  Puisiku itu kadang kusimpan sendiri.


Siang berlari mengejar malam
Malam tetap disini untukmu
Seperti senja……
Senja adalah kamu
Kamu adalah senja
Senja yang berarti
Senja yang memberikan ketenangan
Senja yang menjadi perantara
Senja yang memngantarkan malam
Senja yang membawaku berpikir tentang
 hari esok
Apa yang kau inginkan wahai senja ?


            Ketika aku sma, aku sudah mulai berani berbicara dengan wanita dan mulai bisa bercengkrama dan bergaul dengannya. Aku rasa SMA membuat hidupku berubah 180 derajat.

memperhatikanmu dan ingin pertemanan kita menjadi sahabat karib”
Previous
Next Post »
loading...