Sejak kumelihatnya aku berusaha untuk mengenal dirinya lebih dari sekedar rupa kemudian aku mencobanya melalui pertemuan itu, aku memberanikan diriku berdiri disampingnya lalu menyapa dengan raut senyum diwajahku
“Haloo …..”
sapaku
“Haloo juga ”
sapanya balik ke aku
“Cie…. Cie….
Yang kelasnya baru ” kataku sambil bercanda .
“Hahaha…. Iyya.
Kamu juga selamat yah! Kamu dikelas unggulan ini ” itu katanya
“ngomong –
ngomong, nama kamu siapa ?” kataku sambil duduk dikursiku.
“Nama aku Sri
Anindya Parameswari ” balasnya “Wah Panjang banget yah ” kataku
“Kalau nama
kamu ?” tanya-nya
“Nama aku
Alvaro Abinaya Pranaja” jawabku
“Wah nama kamu
keren banget !” pujinya
“Kamu biasa
dipanggil siapa ?” tanyaku
“Aku biasa
dipanggil Nindy, Kalau kamu”
tanya Nindy
“Kamu bisa
panggil aku apa aja” jawabku asal
“Ihhh. Gimana
kalau aku panggilnya Alvaro ?”
“Boleh .. Boleh
terserah kamu ajalah aku terima – terima aja ” jawabku
“Kamu anak
sulung, yah?” tanyanya lagi
“Iyya bener
banget. Kalau kamu pasti anak bungsu”
tebakku.
“Wahh kamu
bener lagi ” pujinya
“Saudara kamu
berapa ? ” tanyaku
“Tiga. Kalau
kamu ? ” sambungnya
“Empat . Kamu
kalah ! ” kataku seraya mengejek Nindy
“Hahaha” Nindy
tertawa
Asik
– asik ngobrol aku tak sadar kalau teman – teman Nindy yang lain mulai
memperhatikan kami berdua. Tiba – tiba
dua orang datang kerahku dan ikut dalam pembicaraan
` “Hallo …. Semua ” katanya sambil ikut duduk didekat Nindy.
“Kamu pasti Alvaro?
”kata teman Nindy
“Yah. Kalau
kamu, namanya siapa ?” tanyaku
“Nama aku
Alifha Diva Varisha, Dipanggilnya diva” jawab Diva
“Kalau nama aku
Debi Fikria Farzana, Dipanggilnya Debi” sambung Debi
“Wah Kalian juga hebat bisa dikelas unggulan,
Selamat yah” pujiku kepada Diva dan Debi
“Kamu juga
hebat loh bisa ada dikelas ini. Selamat juga yah ” jawab Debi
“Iyya . kamu
hebat !” tambah Diva
“Kalau gitu aku
ke depan dulu yah ” pintaku
“Okedeh ” kata Nindy, Diva dan Debi.
“Oke” kataku
sambil bergegas menuju kedepan kelas
Itulah
perkenalan singkatku dengan dia, yah Nindy. Sri Anindya Parameswari atau Nindy
ini adalah si anak bungsu dari tiga bersaudara ini, dia memiliki genk cewek
yang terdiri atas Nindy, Diva dan Debi.
Dengan perkenalan singkat itu aku sedikit
sudah mengenal dirinya dan seiring waktu berjalan aku mendapati Nindy sebagai
seorang yang sangat murah senyum, baik namun,dia juga sedikit ganjen dan
centil, tapi itu wajar, manusia kan tidak pernah luput dari kekurangan.
Bumi berotasi
mengelilingi porosnya, waktu tetap berjalan dan siang dan malam silih berganti.
Pembagian kelompok tugas sekolah membuatku sering sekelompok dengan Nindy. Aku
akhirnya lebih banyak menghabiskan waktu bersama Nindy dan teman kelompok kita
yang lain. Aku ingat ketika kita mengerjakan tugas matematika dirumahnya membuat
persamaan linier tiga variabel, Ketika sedang mengerjakan aku melihatnya sibuk
sendiri tidak mengerti caranya mengerjakannya. Jadi, Aku coba membantunya.
“Nindy kamu
kenapa ? Kok bingung ?” kataku
“Iyya nih aku
nggak tahu cara ngerjainnya ” Jawabnya bingung
“Mau aku bantu
?”Pintaku menawarkan bantuan
“emangnya kamu
ngerti ?” kata Nindy
“ngertilah
sedikit-sedikit” jawabku
“oke kalau
gitu. Ini cara ngerjainnya gimana” Tanya Nindy
“Ohh kalau itu cara ngerjainnya gini …… (Menjelaskan cara
kerjanya) ” kataku “Ouhh gitu. makasih yah” Ucapnya senang
“Oke” Kataku
Selain
menjelaskan kepada Nindy, Aku juga kadang kala melihat wajahnya dan kadang juga
aku memperhatikan dirnya, “ternyata Nindy manis juga ” kataku dalam hati. Pada saat itu aku mengatakan kalau aku sering
memperhatikan Nindy sebagai teman itu adalah sebuah kewajaran.
Malam ini, aku
terbelangak dan masih tak berpaya aku masih menjadi satu bagian dari kelas
unggulan ini.
Aku membuat
pola pikiran malam ini, kemudian duduklah aku termenung dipinggir tempat
tidurku dan memikirkan mimpi itu. Lalu pikiran dalam otakku tertahan pada
sebuah kisah sekolah yang tegang masa ketika aku masih smp dibumbui dengan
kisah cinta dan kasih sayang. Sebuah kisah tentang aku dan dia, diabadikan
dalam buku yang dirintis otakku. Aku sempat menulis sebuah puisi yang masih
kuingat ketika aku dulu jatuh cinta dengan sorang wanita.
Aku orang yang
takut membuat ungkapan kepada seorang wanita, kadang lidahku kelu ketika aku
berbicara dengan wanita. Jadi aku menulis perasaanku pada puisi yang aku buat
sendiri. Puisiku itu kadang kusimpan
sendiri.
Siang berlari mengejar malam
Malam tetap disini untukmu
Seperti senja……
Senja adalah kamu
Kamu adalah senja
Senja yang berarti
Senja yang memberikan ketenangan
Senja yang menjadi perantara
Senja yang memngantarkan malam
Senja yang membawaku berpikir tentang
hari esok
Apa yang kau inginkan wahai senja ?
Ketika
aku sma, aku sudah mulai berani berbicara dengan wanita dan mulai bisa
bercengkrama dan bergaul dengannya. Aku rasa SMA membuat hidupku berubah 180
derajat.