loading...

Rainfall : Penantian Yang Salah

 Rainfall : Aku kagum padanya

Ketika seseorang bertanya kepadaku, apa kabar kemarin ?, maka aku menjawab yang kemarin adalah kemarin dan hari ini adalah hari ini. Aku ingin semua hari menjadi kabar baik dalam hidup ini karena tuhan menciptakan semuanya dengan kebaikan. Dan ketika orang itu kembali bertanya, untuk siapa aku menanti ?, maka jawablah pertanyaan itu, dengan satu kalimat, aku menantikan orang yang juga menantikanku.

Hari ini adalah hari dimana tepat satu bulan yang lalu kita mengerjakan tugas bahasa Indonesia ditaman kota dan hari ini juga tepat satu bulan aku merasakan cinta kepadanya. mungki sudah 3 kali purnama berganti semenjak kita sering chat di line dan karena chat itulah aku jadi lebih tahu tentang dia, bagaimana dia, dan bagaimana dia biasa menjalani hidup ini.

Kamis, 30 maret dan pukul 05.30 saat itu. Aku kembali menghidupkan power diriku dalam menjalani hari. Terlalu cepat ?, mungkin terlalu cepat karena aku masuk sekolah pada jam 12.45 siang. Tapi aku suka bangun pagi untuk mendengar kicauan burung yang merdu atau mendengarkan suara ayam berkokok. Kemudian kujalani semua agenda yang telah kubuat. Dan Nindy, sekitar jam 05.30 diapun sudah bangun dan menjalani aktivitasnya sehari – hari. Membuka matanya lebar kemudian dia melangkahkan kaki ke ruang makan untuk mencicipi lezatnya menu yang disiapkan untuk sarapan. Setelah sarapan, 08.30, dia mandi dan bersiap – siap untuk kesekolah, Nindy biasanya menghabiskan banyak waktu ketika dia berada didepan cermin lemari dan pada jam 11.00 dia berangkat kesekolah menggunakan sepeda yang berwarna hitam itu. Disekolah, Nindy memasuki pintu gerbang dan dia biasanya mendapati lapangan kosong dan para siswa belum berdatangan, dia memang type siswa yang cepat datang kesekolah, dan 30 menit setelah Nindy tiba disekolah akupun datang kesekolah dengan dengan gaya yang disebutnya “Siswa teladan”. hampir semua kebiasaan Nindy itu, aku bisa tahu dengan chat.                                       

Sekolahku cintaku, ketika kita beraada disekolah hari itu, aku menyapa dirinya dengan kalimat klise yang sering digunakan orang lain untuk menyapa, “Selamat siang Nindy ?”, “Siang juga” katanya,“Aku boleh duduk disini nggak ?”, “Boleh”. Duduk disampingnya kala itu membuatku bak seorang ilmuan yang mampu menyelesaikan bukunya dalam waktu satu malam.

aku duduk di kursi teras kelas yang penuh dengan coretan tipe-X dan mencoba mencari topik hanya untuk sekedar bertutur bersama dengan dirinya,

“Nin ?” Sapaku
“hmm. Apa ?”
“Perasaan, kita satu kelompok terus deh, aku bosan nih "
“Iyya nih, Aku juga bosan ”
"Hahaha, tanda tanda itu "
"Tanda apa?"
"Tanda kalau kita jodoh, hahaha" Jawabku  sambil tertawa
"hahaha. Itu mah Lucu" (muka datar)
"dingin amat neng"
"apaan sih"

Begitulah dia, dia adalah orang yang tetap santai dan dingin ketika menerima rayuan.  Aku memang kadang – kadang mengungkapkan kalimat gombalan kepadanya tapi ekspresinya selalu santai dan datar, tidak ada ekspresi sama sekali. Namun, mimpi apa aku semalam, akhirnya Nindy menjawab juga rayuan yang kuungkapkan untuknya.  

"Sorry kemarin aku nggak kerumah kamu", kataku
"Iyya, nggak apa apa kok ", jawabnya
"kamu nggak mau nanya gitu, kenapa aku nggak datang kerumah kamu ?"
"Emangnya kenapa ?"
"Soalnya aku sibuk mikirin kamu. Hahaha …."
"Hahaha…. kirain ?
“Kirain apa ?”
“Kirain kamu sibuk menata masa depan kita”
" what’s ? aku nggak salah dengar. kamu balas gombalan aku ?. Mukjizat ini” 
“Kirain kamu sibuk menata masa depan kita”. Entah kenapa kalimat itu selalu terbayang dalam pikiranku dan benakku.  *Entah

Meskipun Nindy menjawab rayuan itu, aku menganggap itu adalah hal yang biasa bagi seorang yang berjuang mencari cinta, Aku akan terus bertingkah seperti ini hingga aku merasa waktu yang tepat untuk mengungkapkan ini semua.
*Waktu yang tepat.

Sabtu pagi,  ketika awan menunjukan senyum, hari ini hatiku tak secerah biasanya, entah mengapa lalu aku keluar keteras rumahku dan kupandangi awan. Kubertanya kedalam diriku sendiri, “apa yang salah ?, mengapa pikiranku kesana kemari ?, apa sebenarnya yang harapkannya ? ”, Kataku.

Perasaanku memang was- was dan penuh dengan kegelisahan hingga akhirnya kuberangkat kesekolah dan “boommm”, aku telah mengetahui apa yang membuat perasaanku menjadi was – was, aku tiba disekolah agak terlambat dan ketika kumasuk kedalam kelas tiba –tiba sebuah kabar yang begitu hangat datang menyapaku, “Nindy, yah Nindy jadian sama orang lain !,”, tiba – tiba aku berkata, “apa ?”, “Yah Nindy jadian sama orang lain ! ”, orang lain itu namanya Nico. “Serius kamu ?”, “Serius, Nindy jadian sama Nico ”.

Tiba- tiba yang tadinya aku merasa semangat karena akan bertemu Nindy tiba – tiba berubah menjadi kecewa karena Nindy juga. Sebagai seorang teman, tentu aku harus menutupi perasaanku kepada Nindy, aku hanya mengucapkan “selamat Nindy”, “Selamat Nico”, semoga langgeng. Aku menjadi orang yang paling semangat dan heboh saat itu, menjadi seorang yang pura – pura senang dan bahagia melihat kalian berdua, walaupun dalam realitanya aku kecewa dan cemburu melihat kalian berdua.
Kecewa

Jingga mengubah langit biru diufuk barat menandakan senja telah datang ke dunia. Selepas pulang sekolah, aku mengganti seragamku, aku bergegas ke teras rumah  dan hanya secangkir kopi ini  yang menemaniku. Kembali aku berpikir tentang semua yang terjadi hari ini, tentang sesuatu hal yang mengganggu pikiranku, “mengapa harus terjadi seperti ini ?”, bagaimana caraku untuk hidup bersama kalian berdua, ditengah rasa cintaku kepada Nindy. Perasaanku yang dipenuhi  rasa sakit yang bagai duri yang menusuk hati ini. Akhirnya aku memutuskan untuk mengurung pikiranku dengan mencoba hidup tanpa sosial media selama satu minggu,

“hidup tanpa sosmed, apa aku bisa ? ”.

 Mungkin aku tidak mampu, harus hidup ditengah banyaknya tugas, tanpa sosial media dan tanpa Nindy disisi-ku. Hingga akhirnya aku harus menerima pahitnya kenyataan. Hal yang sangat sulit untuk diterima.

Esok, hari esok pasti lebih baik, aku percaya itu, dan semoga itu benar – benar terjadi ditengah sakitnya hati yang kurasa. Kembali bertemu dengan Nindy disiang yang terik dan hari yang panas, namun kali ini dia yang menyapaku, “Halo…”, katanya sambil tersenyum, “Haloo ….. ”jawabku. Aneh, itu yang kurasa, tiba- tiba Nindy datang menyapaku, ada apa ini ? , apakah itu kata minta maaf darinya ?, entahlah.

Ketika aku bertemu Nindy dan Nico yang sedang berjalan bersama menuju kantin, otakku kembali mengingat apa yang terjadi denganku kemarin, malas aku memikirkannya tapi disisi lain aku juga harus memikirkan itu, agar aku dapat mengobati luka pada hati ini. Tapi aku juga bingung, “apa yang harus kulakukan untuk menghadapi ini ? ”. akhirnya kata motivasi menghampiri ragaku dan membisikkanku “Semua masalah pasti ada solusi dibaliknya”, kata membisik dari hatiku, dan itulah yang membuatku mencoba kuat hadapi ini. *mencoba

“Cinta tak akan ada jika tak ada rasa sakit dan bahagia, dan akhirnya cinta itu berubah, berubah menjadi lebih cinta atau sebaliknya. itulah namanya cinta”
Previous
Next Post »
loading...